LPM UIN Bandung-Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Sunan Gunung Djati pada Hari Kamis, 17 Oktober 2024 kembali menyelenggarakan Workshop Kurikulum Outcome Based Education (OBE). Kali ini tema workshop dikhususkan bagi Program Studi (PS) dan Unit Pengelola Program Studi (UPPS) rumpun ilmu Sains dan Teknologi. Kegiatan workshop dihadiri oleh Ketua dan Sekretaris LPM UIN Sunan Gunung Djati Bandung, para Kepala Pusat LPM, dan peserta dari PS dan UPPS rumpun ilmu sains dan teknologi di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati.
Ketua LPM, Prof. Dr. Ija Suntana, M.AG, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya workshop kurikulum ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan program studi serta unit pengelola program studi dalam penyusunan dan penyesuaian kurikulum berbasis outcome. Selain itu, untuk terus menerus memastikan penyelenggaraan pendidikan tinggi di UIN Sunan Gunung Djati Bandung tetap berada pada iklim serta sistem penjaminan mutu, khususnnya dalam mutu kurikulum.
Hadir sebagai narasumber pada kegiatan tersebut dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Arief Syaichu Rohman, M. Eng. Sc., Ph. D. Dalam pemaparannya, narasumber menyampaikan terlebih dahulu materi mengenai International Accords and Agreements. Ia mencontohkan bidang Teknik. Yaitu,bagaimana kita membangun pemahaman mutual di antara negara-negara tentang kualitas ahli teknik yang memasuki tempat kerja yang terkoneksi secara global.
Menurutnya, International Engineering Alliance (IEA) adalah organisasi yang memayungi 7 persetujuan internasional yang mengembangkan dan mendorong anggotanya untuk memiliki standar Teknik secara internasional untuk pendidikan Teknik dan kompetensi “entry level” pada praktek Teknik.
Adapaun Educational Accords itu sendiri mencakup Washington Accord, yaitu: professional engineering. Kemudian, Sydney Accord, yaitu engineering technologiest. Dan, Dublin Accord, yaitu engineering technician.
Oleh sebab itu, alumni dapat bekerja dan diakui jika prodinya terakreditasi internasional seperti IABEE yang berada di bawah Educational Accords yang sesuai.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa Competence Recognition/ Mobility Agreements mencakup:
- International Professional Engineering Agreement: Professional Engineers
- International Engineering Technologies Agreement: engineering technologists
- Agreement for International Engineering Technicians: engineering tehnicians
- APEC Engineers: Professional engineers (APEC Region)
Dalam pemaparan berikutnya, narasumber menyampaikan mengenai perbedaan output dan outcome. Di mana input mencakup mahasiswa, proses, program, layanan, infrastruktur. Sedangkan output mencakup nilai, jumlah SKS, tingkat retensi, keterserapan tenaga kerja, melanjutkan studi. Adapun outcomes mencalup pengetahuan mahasiswa, keterampilan mahasiswa, sikap/ nilai/ tingkah laku mahasiswa.
OBE sendiri menurut Arief merupakan suatu filosofi/model pendidikan di mana pendidikan pengajaran dan pembelajaran didasarkan pada serangkaian “hasil yang diharapkan” yang telah ditetapkan sebelumnya. “Hasil” merupakan sekumpulan nilai atau atribut tentang apa yang harus dicapai/ dikuasai oleh peserta didik setelah menyelesaikan jenjang pembelajaran tertentu. Hasil mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap/ nilai.
Ia menambahkan bahwa karakteristik Kurikulum OBE adalah pertama, memiliki tujuan program, capaian program/ mahasiswa, capaian mata kuliah dan indikator kinerja. Kedua, berorientasi pada tujuan dan hasil di mana setap tujuan dan hasil yang dinyatakan dapat dinilai dan dievaluas. Ketiga, setiap capaian pembelajaran bersifat disengaja dan karenanya capaian tersebut harus dinilai menggunakan indikator kinerja yang sesuai.
Keempat, tujuan pendidikan program ditujukan pada pencapaian lulusan dalam 3-5 tahun setelah kelulusan mereka. Kelima, capaian program/ mahasiswa yang terdiri dari kemampuan yang harus dicapai mahasiswa sebelum mereka lulus, dirumuskan berdasarrkan tujuan program. Keenam, hasil program membahas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai mahasiswa. Ketujuh, metode pembelajaran dapat mencakup metode penyampaian yang berbeda untuk melengkapi metode perkuliahan tradisional.
Dalam praktik pembelajarannya, kurikulum OBE menurutnya berpusat pada mahasiswa. Yaitu, pembelajar mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pembelajarannya, dibutuhkan keterlibatan dan partisipasi; Hubungan antar mahasiswa menjadi lebih setara, sehingga mendorong pertumbuhan dan perkembangan; Dosen menjadai fasilitator dan narasumber; Mahasiswa mengalam konfluensi dalam pendidikannya (ranah afektif dan kognitif secara Bersama); Mahasiswa melihat dirinya sendiri secara berbeda sebagai hasil dari pengalaman belajar.